Jumaat, 21 April 2017

Inilah Strategi Kaum Fasik Liberal Hancurkan Islam dan Moral Bangsa

JAKARTA (VoA-Islam) – Dari zaman ke zaman dan dari waktu ke waktu, kaum liberal terus berupaya menghancurkan umat dan merusak bangsa ini dari segala lini, mulai dari aspek agama, budaya, politik, hingga ekonomi. Kerusakan demi kerusakan ditimbulkan atas nama demokrasi, kebebasan berekspresi dan berpendapat, atas nama cinta, toleransi, Hak Asasi Manusia, bahkan atas nama agama (Islam).

Bersamaan dengan itu, kaum liberal menyerang aktivis Islam anti maksiat dengan modus dan jargon-jargon yang menjurus stigmatisasi dan penyesatan opini seperti “Indonesia Damai Tanpa FPI”, “Kekerasan Atas Nama Agama”, “Tidak Ada Paksaan Dalam Beragama”, “Islam Agama Rahmatan Lil’alamin”, dan sebagainya.

Dengan segala cara kaum fasik liberal mendangkalkan akidah umat Islam dengan ayat-ayat yang diplintir dan ditafsirkan dengan hawa nafsu. Mereka obrak-abrik syariat Islam, menggugat UU yang mengatur moral umat seperti pornografi, penodaan agama, hingga miras. Lebih dari itu, mereka suplai dan tawarkan gagasan dan aturan gila tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG).

Bersamaan dengan itu, dibuatlah aktivitas-aktivitas ilegal yang mengatasnamakan diskusi ilmiah, menyegarkan pemikiran (wacana)  baru, menggelar berbagai kegiatan kebudayaan, hingga mengimpor tokoh-tokoh kontroversial atau lebih tepatnya sesat menyesatkan, seperti sosok praktisi lesbi Irshad Manji yang didalam buku-bukunya memperjuangkan kaum gay dan melecehkan ajaran Islam. Termasuk mengimpor penyanyi berpenampilan seronok dan pemuja setan asal Amerika Serikat Lady Gaga.

Strategi dan serangan liberalisme budaya dan agama itu semakin deras dilakukan melalui berbagai media, mulai dari pagelaran musik, fashion, tontonan film, hingga gaya hidup. Ini menunjukkan liberalisme terus meninvansi, menginfiltrasi dan mengkolonialisasi (menjajah) umat Islam dan bangsa ini agar betul-betul tercerabut akidah dan moralnya.

Tiga Strategi Pengasong Liberal
Menurut Ketua Lajnah Tsaqofiyah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ustadz Hafidz Abdurrahman dalam Halaqah Islam & Peradaban “Liberalisme Agama dan Budaya: Strategi Penjajah Hancurkan Islam” di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (16/5/2012), seruan penegakan syariat dan khilafah tidak disukai oleh penjajah, karena akan mengancam hegemoninya.

“Hal itu juga tidak disukai oleh orang-orang liberal. Sebab akan mengancam kepentingan mereka. Untuk menghambat kebangkitan Islam itu di tengah umat, maka kaum liberal menjalankan strategi liberalisasi agama dan budaya di negeri ini, dan tentu saja menjadikan umat Islam sebagai sasarannya,” ujar Abdurrahman.

Strategi liberalisasi untuk mengacak-acak dan menghancurkan umat Islam dilakukan, setidaknya melalui tiga cara: Pertama, membangun kerangka hukum yang liberal. Diantara upaya ini adalah dengan mengajukan RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) yang sedang dibahas DPR RI. Dalam RUU tersebut terkandung muatan yang bertentangan dengan syariat Islam dan berpotensi merusak tatanan social serta keluarga muslim.

Strategi kedua, kaum liberalis terus berusaha membongkar pemikiran Islam dan sebaliknya menyerukan ide liberalisme. Disinilah konteks kedatangan Irshad Manji ke negeri ini. Manji berani menyatakan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat setan yang lalu diubah oleh Rasulullah Saw.

Berikut tulisan Irshad Manji yang ngawur itu: “Banyak yang tidak tahu bahwa para filosof muslim selama ratusan tahun telah berbicara mengenai ‘ayat-ayat setan’, dimana Nabi menerima ayat-ayat Al-Qur’an yang kemudian beliau sadari lebih memuja para berhala ketimbang Tuhan. Nabi lalu menghapus ayat-ayat tersebut – beliau mengedit Qur’an (artikel dapat dilihat disitus di Islamlib: irshad Manji – saya seorang pluralis, bukan relativis). Ucapan Manji itu jelas merupakan kelancangan yang hanya dilakukan oleh kaum kafir.

Disamping itu, kedatangan Manji adalah untuk menyerukan kebebasan seksual dan gender. Manji terang-terangan menyatakan dirinya sebagai seorang lesbian. Ia bela uam gay. Ia berilusi, bahwa kaum gay itu juga ciptaan Allah, dan ciptaan Allah itu sempurna.

Maka, kata Manji, jika ada yang menghujat kaum gay, sama saja mengatakan bahwa Allah telah melakukan ‘kesalahan’ dalam proses penciptaan. Ia pun menampik realitas azab Allah terhadap kaum Nabi Luth as adalah karena perbuatan homoseksual mereka. Menurut Manji , bisa jadi azab itu disebabkan faktor lain seperti tindak kekerasan seksual.

Strategi ketiga, agenda liberalisme di tanah air juga dilakukan melalui penyebaran budaya dan gaya hidup liberal. Gaya hidup hedonis yang mengusung kebebasan seksual ditunjukkan oleh Irshad Manji dan juga pesohor Lady Gaga.

HTI bersikap, agenda-agenda liberalisme agama dan budaya itu harus diwaspadai. Sebab, agenda liberalisme itu tidak lain ditujukan untuk menghancurkan Islam dan merusak umat. Ketika kaum muslimin tidak lagi terikat dengan agamanya, maka hidupnya akan diwarnai oleh budaya dan perilaku liberal, serta gaya hidup hedonis.

“Disinilah sebenarnya semua agenda liberalisasi agama dan budaya merupakan bagian dari strategi penjajah untuk melanggengkan penjajahannya,” kata Abdurrahman. Desastian

Sumber  :  Voa Islam

Sabtu, 8 April 2017

Otodidak

Otodidak atau autodidak (dari bahasa Yunani autodídaktos = "belajar sendiri") merupakan orang yang tanpa bantuan guru bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan dasar empiris yang besar dalam bidang tertentu. Mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dengan belajar sendiri.

Biasanya, seseorang yang disebut sebagai otodidak bergelut dalam bidang tertentu, seperti seni, sastra, arsitektur, dan kerajinan tangan. Di samping itu, beberapa bidang bisa jadi sangat sempit sehingga pendidikan yang sesungguhnya tidak ada, di mana seseorang mendiskusikan apakah pendidikan itu merupakan kemungkinan realistik (kewaskitaan).

Kata otodidak sering berkonotasi negatif, karena sering dinisbatkan pada orang yang tak terdidik dalam intelektual tradisional. Namun, ini bukanlah perbandingan yang benar, karena orang dapat dengan mudah memenuhi syarat untuk keahlian dalam bidang tertentu. Walau begitu, kata otodidak dapat disalahgunakan.