Ahad, 14 Februari 2021

Hari Yg Berkah

Kehidupan kita akan lebih baik bilamana :

1. Bangun daripada tidur sebelum subuh dan sempat menunaikan solat sunat tahajjud walaupun cuma 2 rakaat. 

2. Tunaikan solat sunat sebelum (qabliyyah) subuh kerana ianya lebih baik daripada dunia dan seisinya. 

3. Baca Al Quran walaupun cuma 1 muka surat. Tetapi, semakin banyak dibaca, semakin banyak bahagia yang akan dipertemukan. Maka memilihlah. 

4. Sedekah walaupun cuma RM 1. Sedikit di pandangan kita, tetapi tidak di sisi Allah.

5. Tidak tidur selepas subuh. 

6. Tiada iri hati melihat orang lain. 

7. Mendoakan kebaikan juga kebahagiaan orang lain kerana doa itu akan berbalik semula pada kita. 

8. Percaya bahawasanya pada setiap percaturan hidup adalah yang terbaik kerana ianya disusun oleh Yang Maha Berkuasa.

9. Solat sunat dhuha biarpun cuma 2 rakaat kerana ia hak tubuh.

10. Istighfar sekurangnya 100 kali.

11. Selawat sekurangnya 10 kali di waktu pagi dan petang. 

12. Taat ibubapa.

13. Solat di awal waktu. 

14. Hargai dengan apa yang ada.

Tanya pada diri sebelum bertanya pada tuhan.

Salah apa aku sehingga aku begini, jangan menyalahkan tuhan sebab kita begini.

Jumaat, 12 Februari 2021

Ulama Karismatik Aceh.


(Alm) Prof. Dr. Tengku H. Muhibuddin Waly Al-Khalidy, akrab disapa Abuya Muhibuddin (lahir di Aceh, 17 Desember 1936 – meninggal di Banda Aceh, 7 Maret 2012 pada umur 75 tahun) adalah seorang ulama Nanggro Aceh Darussalam(NAD). Beliau merupakan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, Labuhan Haji, Aceh. Abuya pernah mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Islam Internasional Malaysia.

Mursyiduna Naqsyabandiyah Al Waliyah Al Khalidiyah.

2. ABATI BABAH BULOH


(Alm)Tgk. H. Ramli Ben cut atau lebih dikenal dengan Abati Babah Buloh,.beliau lahir diDesa Reuleut Timu Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, pada bulan Maret 1945. Beliau kerap di sapa dengan Abati Babah Buloh karena memang beliau memimpin sebuah Dayah yang bernama Dayah Nurul Islam di Desa Babah Buloh Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Di dayah ini ane pernah "Teungeut² Jaga" lebih kurang 6 bulan.

3. Abu Kutakrueng

TGK H USMAN BIN TGK ALI, Lahir di Kuta Krueng Pidie Jaya pada tanggal 31 Desember 1940 dengan nama lengkap Tgk H Usman bin Tgk Ali. Dengan beliau kami pernah mengambil tarekat yasin, ayat al qursy dan dalail khairat. 

Pendiri Dayah Darul Munawarah, Kuta Krueng, Pidie Jaya, Nanggro Aceh Darussalam. 

5. Abu Mustafa

(Alm)Abu Paloh Gadèng, dng nama asli Teungku(ust) Haji Mustafa Ahmad(Almarhum). Dengan abu kami hanya pernah bertemu dan juga mempunyai talo warèh ikut jalur umi.

Pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Darul Huda di Gampong Paloh Gadeng, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.

6. Abi Bidok

(Alm)Abi bidok, dng nama asli Tgk/Ust H Syarifuddin bin Abdul Jalil(Almarhum). 

Pimpinan Dayah Daruzzahidin Al-Istiqamatuddin Gampong Bidok, Ulim, Nanggro Aceh Darussalam. Di dayah ini kami pernah basuh² kolah lebih kurang 3 bulan. 🤭

اللهم اغفرلهم وارحمهم

Rabu, 10 Februari 2021

Alasan Saya Ngeblog


Kadang ada orang tanya, buat apa blog dan untuk apa ? Kan facebook lagi senang.

Jawaban dari diri saya sendiri gini. Saya pernah buat facebook dari 2009. Ketika itu saya percaya privasi perlindungan 100%. Dan saya menyimpan moment kehidupan sebagaimana anak muda lainnya, dengan harapan boleh di lihat untuk masa akan datang.

Namun sayang, kepercayaan saya hilang ketika rezim mulai mencampur hak kebebasan bersuara. Dan ketika rezim baru, periode 2015 s/d 2021, kehidupan berdemokrasi di indonesia kebanyakan di sekat. Bahkan, hingga saat ini kita duduk di indonesia tapi serasa di negara komunis. Segala sisi di sekat, silap koment di medsos di anggap mengembus kebencian. Silap ngepost tentang wajah²  lawan politik rezim, akun fb kita pun ikut dapat peringatan dan berakhir kena blokir.

Di sini saya tidak perlu membahas pasal sekatan kebebasan. Jikalau nak tahu, tanya sendiri ke pembangkang(lawan politik rezim) di indonesia.

Di sini saya akan membahas alasan saya on kembali ngeblog. Walaupun sebelum ini, telah pun saya membuatnya beberapa tahun silam. Kemudian saya tinggalkan krn leka dng kemudahan fb. Tapi ujungnya, saya harus menanggung kerugian kehilangan moment² yg penting, baik berupa dokumentari sejarah dan moment sumber menjaga ukhwah dng orang yg pernah kita bertemu.

Kelebihan ngeblog :

1. Anda dapat belajar menulis dng baik dan cepat, sekalipun saya tidak seperti pembaca.

2. Tidak mudah kena block sepertimana fb.

3. Mudah mengambil ulang post yg telah bertahun lalu, tidak seperti wall fb yg harus di skrol berjam jam baru dapat postingan lama.

4. Boleh buat duid jikalau anda mau.

5. Boleh modifit tampilan seindah yg di kehendaki.

6. Boleh memiliki domain sendiri tidak harus bergantung pada ncik Mark Zuckerberg, yg bila² masa anda boleh di sekat dan di gantung krn melanggar privasi aneh dng alasan non logic. Khas untuk staf fb in indonesia.

7. Boleh setting lebih baik dari beranda fb untuk kegunaan bisnis. Baik itu berupa chat atau koment.

8. Kebanyakan pengguna blogger memiliki laptop, sekalipun saya hanya menggunakan android. Jadi, tentunya kita sedang berkawan dengan orang yg paham komputer.

9. Dapat menggemarkan orang lain membaca dan menulis. Sudah tentu orang yg minat menulis akan banyak membaca.

10. Dapat menambah wawasan kawan dalam dunia maya, tidak sebatas nulis status singkat, live, koment and share. 😊

10. Dan satu hal lagi, tidak semua pengguna fb dapat mengontrol blog, namun semua pengguna blogger dapat menjadi parasit di atas fb.

Sekian alasan singkat yg dapat di tulis, dan saya pun akan menggunakan lagi fb untuk promosi blog ane 😊. Akan tetapi, tidak untuk menyimpan hal² yg kita anggap penting seperti, video dan moment² penting yg patut di kenang.

Sekian. 🤝, Bagaimana menurut anda, masih mau percaya facebook. 😊

Ahad, 7 Februari 2021

Kampung Acheh di Malaysia.


AWAL mula kedatangan masyarakat Aceh ke Malaysia, dari beberapa sumber yang saya temui, diperkirakan berkisar pada 1888. Sampai saat ini masyarakat Aceh di sana masih merasa dirinya bagian dari kekentalan darah Aceh. Jika kita melihat dari cara meraka berinteraksi dengan gaya Aceh yang mereka ekspresikan dalam prilaku adat dan budaya, sama sekali tidak terlihat ada kejanggalan sedikitpun. Bahkan kita merasa bahwa kita sedang berada di Aceh dalam suasana adat dan budaya 20 tahun ke belakang. Itulah yang saya rasakan ketika saya mendapat kesempatan menghadiri Mesyuwarat Agung Ikatan Masyarakat Acheh Malaysia (IMAM), di bawah naungan Tan Sri Dato’ Seri Haji Sanusi Bin Junid.

Berkat perhatian Tan Sri Dato’ Seri Haji Sanusi Bin Junid, bersama dengan tokoh masyarakat aceh lainnya yang berada di Kampong Aceh, Yan, Keudah, Malaysia, yang selalu bersedia mem-fasilitasi mempererat tali silaturahmi, meberikan motivasi tersendiri bagi masyarakat lainnya untuk ikut melakukan hal yang sama. Alhasil dari pada ikatan silaturrahmi yang tak pernah terputus, kita masih dapat melihat jiwa keacehan yang masih kental, yang tercermin  dari adat, budaya dan bahasa, meskipun telah terasing satu abad lebih dari kampong halaman indatu.

Apabila kita berkunjung ke kampung Aceh, Yan Keudah, Malayasia, saya yakin kita akan mejumpai banyak hal yang serupa dengan yang ada di Aceh sekarang. Bahkan mungkin yang kita jumpai di Aceh sudah sedikit memudar, akan tetapi kita akan jumpai kekentalannya di kampung Aceh, Yan, Keudah.

Setelah acara selesai, para tamu dijamu dengan jamuan makan siang bersama. Yang menarik dalam jamuan tersebut adalah satu menu merupakan makanan khas Aceh yaitu kuah pliek, yang dimasak oleh masyarakat setempat, dengan rasa dan kualitas tak jauh beda dengan kuah pliek yang sering kita jumpai di Aceh. Rupanya tidak hanya kuah pliek yang menjadi keahlian mereka dalam bidang masakan Aceh, masih banyak makanan khas Aceh lain yang membuktikan bahwa mereka betul-betul masih berdarah kental Aceh, dan bangga dengan ciri khas Aceh.

 Nilai keacehan
Nilai keacehan lain yang masih terlihat akrab dengan mereka adalah, santun kata dan adab peujamee (menyambut tamu). Penggunaan bahasa murni, yang boleh dikatakan sudah kurang lazim digunakan dikalangan masyarakat Aceh, yang menghuni tanah Indatu sendiri, tapi itu terlihat seperti kelaziman sehari-hari masyarakat Yan, Keudah, misalnya: pasai (sebab), meucheen (rindu), cut (kecil), gata (panggilan anda untuk memuliakan yang lebih muda), dan lain-lain. Begitu juga dalam hal peujamee, cara penyambutan membuat kita seolah-olah sedang berada di Aceh.

Di sisi lain, mereka tidak hanya setia dengan warisan indatu, tapi mereka juga setia untuk Negara kelahiran. Banyak di antara mereka yang telah menyumbang jasa untuk Negara Malaysia, dan sebahagia dari mereka telah mendapat penghargaan gelar Dato’ dan Tan Sri. Sebagai contoh, almarhum Tan Sri P Ramlee, seorang tokoh seni yang dibanggakan oleh seluruh masyarakat Malaysia, dan masih dikenang sampai saat ini.

Contoh lain, Tan Sri Dato’ Seri Haji Sanusi  Bin Junid, beliua adalah orang terdekat Dr. Mahathir (mantan perdana mentri Malaysia), beliau juga pernah menjabat sebgai Mentri Besar Keudah. Sampai saat ini beliau merupakan seorang yang disegani, baik oleh lawan maupun kawan dalam politik. Dan masih banyak tokoh-tokoh lain yang menjadi tonggak keberhasilan Negara Malaysia seperti yang kita lihat pada hari ini.

Meskipun telah banyak di antara mereka yang sukses, namun mereka masih ingat dengan tanah kelahiran indatu mereka. Saya melihat dari cara berbira cara, dan cara mereka bertanya, terkesan ada rasa rindu yang besar terhadap Aceh. Pascadamai, ramai di antara mereka yang telah melampiaskan rasa rindu dengan sawee syedara, berkujung ke Aceh.

Rasa rindu yang meterbenam dalam jiwa mereka membuat kita kagum. Sejak lahir mereka telah berbaur dengan masyarakat yang berbeda adat, budaya dan bahasa. Secara otomatis, mereka telah menjadi hidup dengan gaya yang berbeda, namun demikian, ada ruang waktu bagi mereka dalam mencari jadi diri yang sebenarnya. Saya kira ini hal yang sulit kita lakukan, sengkiranya tidak ada prinsip hidup yang berbalut dengan kebanggan. Kisah indah di masa silam mungkin salah satu penyebab yang membuat mereka tidak goyang dengan prinsip.

Secara jujur, kita yang dilahirkan dari darah Aceh, juga memiliki perasaan yang sama, tapi kadang kala kita hanya memangkas pada rasa bangga yang menenggelamkan tanpa berbalut prinsip yang kokoh. Sehingga timbullah pengadaan adat, budaya, dan bahasa, yang semakin lama, semakin jauh daripada dari prinsip hidup yang sebenarnya.

Saya rasa, ada realitas terbalik terhadap rasa kepedulian ke-Aceh-an, antara sebahagian kita yang dilahir di bumi, dan darah Bansa yang sama, dengan sebahagian mereka, yang dilahirkan di bumi yang  berbeda, dan keturunan yang sama. Ibarat kata pepatah “lebih kehihatan Semut diseberang lautan, ketimbang Gajah di depan mata”, philosofi dari pepatah ini kemungkinan sedang, dan juga mungkin akan terjadi, sengkiranya kita tidak lagi saling peduli.

 Strategi perjuangan 
Menurut sebuah sumber, pada zaman penjajah Belanda, Kampong Aceh, Yan, Kedah  juga menjadi satu tempat mengatur strategi perjuangan, bahkah beberapa ulama besar, di antaranya Tgk Syeikh H Hasan krueng Kalee dan Tgk Chik Pantee Kulu, pernah singgah di Kampong Yan. Konon, Hikayat Prang Sabi karya Tgk Chik Pantee Kulu disusun saat beliau berada di Kampong Aceh.

Sepintas lalu, kita dapat meraba haluan garis besar yang membuat mereka sampai saat ini masih merasa dirinya bagian dari orang Aceh ialah perhatian tentang silsilah yang terus menerus disegarkan dari generasi ke generasi. Cerita tengtang silsilah yang tak pernah putus, diikuti dengan pengamalan sikap dan prilaku dari sumber silsilah mereka berada, terbentuklah sebuah pelestarian komplit yang sederhana dan sempurna.

Sebagai keturunan Aceh, yang tidak lupa tentang asal-usul, yang memandang kita sebagai saudara. Sudah sepatutnya kita berikan apresiasi atas pelestarian sesama warisan leluhur. Setidaknya, mereka yang telah jauh dengan kita, ada pengalaman yang berbeda yang bisa kita bagi setiap waktu. Saya rasa, nantinya akan terbentuk sebuah perpaduan yang melahirkan sebuah inovasi yang berkualitas, dalam menjaga apa yang telah dititipkan oleh leluhur kita. Wallahu’alam bits-tsawab.

* Miksalmina Budiman, Mahasiswa Program Master Political Sciences, Internatonal Islamic University Malaysia (IIUM), Gombak, Kuala Lumpur, dan Peutua Chiek Peureumeuen Keuneubah Indatu (PKI). Email: mechalbb@yahoo.com


Sumber  Berita :  Serambinews

Link Video  :  Video 1

                       Video 2