Foto di bawah Koin emas Kerajaan Aceh pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin [Sumber: Prominent Women in The Glimpse of History]
Penulis : Iskandar Norman.
Soal mata uang emas Kerajaan Aceh memang sempat heboh pada akhir tahun 2013 lalu. Ribuan keping koin emas ditemukan di areal tambak Gampong Pande, Banda Aceh. Lokasi bekas istana Kerajaan Aceh saat pertama dibangun, sebelum dipindahkan ke lokasi baru setelah dihamtam banjir besar.
Ribuan koin emas dengan nama raja atau ratu yang menjabat pada masanya tertulis di sisi koin emas tersebut. Meski sudah berbilang abad koin-koin itu masih bagus, malah para kolektor dari berbagai negara datang untuk membelinya.
Sekarang mari kita lihat referensi sejarahnya. Guru besar ilmu sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Teuku Ibrahim Alfian dalam buku Mata Uang Emas Kerajaan-Kerajaan di Aceh menjelaskan bahwa koin emas kerajaan Aceh itu disebut sebagai derham. Koleksi lengkap berbagai koin emas itu bisa dilihat di Museum Negeri Banda Aceh, selain itu juga disimpan dalam koleksi numismatic di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
Koleksi mata uang emas Aceh ini juga disimpan oleh Letnan Jendral GCE Van Daalen yang pernah menjabat sebagai Gubernur Militer Belanda di Aceh pada masa perang kolonial.
Selain itu juga dikoleksi oleh J Hulshoff mantan anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) dan H Scheffer yang pernah menjabat sebagai wali kota (Burgermeester) Cirebon ketika masa Hindia Belanda berkuasa di Nusantara.
Penelitian terhadap mata uang emas kerajaan-kerajaan di Aceh juga pernah dilakukan para peneliti Belanda. Diawali pada tahun 1888 oleh KFH van Langen, dilanjutkan oleh J Hulshoff Pol pada tahun 1929 dan HKJ Cowan pada tahun 1939.
Para peneliti lainnya adalah William Shaw dan Muhammad Kassim Haji Ali, keduanya menulis buku Malacca Coins diterbitkan pada tahun 1970 di Kuala Lumpur oleh Museum Negara Malaysia.
Profesor Teuku Ibrahim Alfian menjelaskan bahwa, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh Utara merupakan kerjaan Islam pertama di Asia Tenggara yang mengeluarkan mata uang emas. Mata uang emas Kerajaan Samudera Pasai pertama kali diterbitkan oleh Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1362). Sampai sekarang tercatat sebagai mata uang emas tertua.
Mata uang emas Kerajaan Samudera Pasai memiliki diameter 10 mili meter, kecuali mata uang emas yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (1383-1405) dan Sultan Abdullah (1500-1513).
Setelah Kerajaan Samudera Pasai, mata uang emas juga dikeluarkan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, setelah Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1524. Lebih jelasnya bisa dibaca dalam buku De Gouden Munten van Noord-Sumatra yang ditulis oleh J Hulshoff diterbitkan di Amsterdam, Belanda pada tahun 1929.
Selain itu tentang mata uang emas Kerajaan Aceh juga ditulis oleh KFH van Langen dalam buku De Inrichting van het Atjehshe Staatsbestuur onder het Sultanaan diterbitkan pada tahun 1888 di Belanda. Bisa juga dibaca dalam Vytrekening van de Goude en Silvere Munts Waardye der Maten en Swaarte de Gewigten in de Kespective Gewesten van Indien yang ditulis oleh Johannes Meertens dan diterbitkan di Middelburg pada tahun 1691.
Referesi lainnya tentang mata uang emas Kerajaan Aceh juga bisa dibaca dalam buku Atjeh karya J Kreemer yang diterbitkan di Leiden, Belanda pada tahun 1923, serta dalam buku Bijdrage tot de kennis der Geschiedenis van het rijk Samoedra-Pase yang ditulis oleh HKJ Cowan pada tahun 1938.
Itulah beberapa referensi yang membahas tentang mata uang emas kerajaan di Aceh, baik pada masa periode Kerajaan Samudera Pasai maupun pada periode Kerajaan Aceh Darussalam. Dengan berbagai referensi dari kalangan Eropa tersebut, lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa kerajaan Aceh pasa masa lalu memang menggunakan mata uang emas.
Repost Fb Malikul Mubin