Ikhwan pen adalah sahabat pena, maka jangan heran jikalau banyak tulisan orang lain terhimpun disini
Jumaat, 20 Jun 2025
Rabu, 11 Jun 2025
KISAH ASAL ISLAM DI KEDAH DARI KITAB SHEIKH DAUD AL FATANI
Sabtu, 15 Mac 2025
Khamis, 13 Februari 2025
Aceh Bersimbah Darah
Operasi Militer (DOM). Ribuan nyawa melayang melalui proses eksekusi yang paling keji dan primitif yang pernah dikenal dalam sejarah politik kekerasan (the politics of violence) di dunia ini. Yang ada dalam ingatan masyarakat Aceh hanyalah sebentuk bayangan tentang kenangan pahit akan kegetiran yang sulit digambarkan bagi verstehen (pemahaman) sejarah generasi mendatang. Apa yang terjadi di Aceh sudah bukan sekedar tragedi lagi, melainkan melebihi itu, suatu "sejarah statistik." Di mana orang-orang hanya memperdebatkan soal jumlah korban tanpa ada satu usaha merehabilitasi peradaban Muslim Aceh pasca DOM. Orang-orang Muslim di Aceh hanya dipandang sebagai deretan angka-angka, tanpa ada makna kemanusiaan di dalamnya.
Buku yang ditulis oleh seorang ilmuwan politik muda, selain menguraikan kisah-kisah tragis dan banjir darah di Aceh akibat diberlakukannya status Daerah Operasi Militer (DOM), juga menggulirkan pemikiran baru tentang konsep pembangunan di Aceh pasca DOM. Apakah suatu bentuk status otonomi ataukah federal ataukah Islamisasi? Yang jelas dengan memberikan peranan daerah yang lebih luas berarti memberikan suatu akomodasi politik yang dulu pernah dituntut Aceh. Sebab belum bisa hilang dari ingatan akibat ulah rezim orde baru, rakyat Muslim Aceh selain terpinggirkan perannya, juga telah tercabuti hak dan martabatnya sebagai manusia.
Aceh Bersimbah Darah - Al-Chaidar, DKK (1999 oleh Pustaka Al-Kautsar)
*DM IG Boox.id untuk harga
Ulama Kharismatik Aceh Meninggal Dunia
Aceh kembali berduka atas berpulangnya Abu H. Usman Bin Ali, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Kuta Krueng, seorang ulama kharismatik yang dihormati karena kezuhudan dan kebijaksanaannya.
Beliau wafat pada malam Kamis, 13 Februari 2025, pukul 04.30 WIB dinihari di RSUZA Banda Aceh. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam, terutama para santri dan masyarakat yang selama ini menjadikannya tempat bertanya dan mengambil berkah dari ilmu serta nasihatnya.
"Sejak muda, Abu telah dikenal dengan keistiqamahannya dalam beribadah, kelembutan hati, dan keteguhan dalam menuntut ilmu. Meski tidak banyak bicara, setiap nasihat yang beliau sampaikan selalu menjadi penawar hati dan sumber inspirasi bagi banyak orang. Banyak masyarakat rela menempuh perjalanan jauh demi mendengarkan petuah beliau, yang kerap disertai ayat suci, doa, dan zikir penuh keberkahan," ujar Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc, MA, pimpinan Dayah Mini Banda Aceh sekaligus Ketua Komisi C MPU Kota Banda Aceh.
Kezuhudan yang beliau anut bukan sekadar pilihan hidup, melainkan cerminan dari kedalaman ilmunya dan keikhlasan dalam beramal. Warisan terbesarnya bukan hanya ilmu yang beliau bagikan, tetapi juga keteladanan dalam akhlak dan kehidupan spiritual yang terus menginspirasi generasi penerus.
Pada hari yang sama di bagian barat-selatan Aceh. Kepergian Abu Lamno meninggalkan luka bagi umat. Aba H. Asnawi memang lebih dikenal dengan panggilan Abu Lamno. Beliau memimpin sebuah lembaga pendidikan islam bernama Dayah Bahrul 'Ulum berlokasi di Lamno, Aceh Jaya.
“Semoga diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala dosanya dan ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Allah SWT, Aamiin Ya Rabbal A’lamiin.”
Selasa, 11 Februari 2025
Dayah: Sejak Sultan Hingga Sekarang
terpola menjadi lembaga tradisional yang merupakan ciri khas pendidikan Islam di Aceh. Pola pendidikan ini mengendap men-jadi konsepsi dan kemudian mewarnai watak sosial dari masyarakat atau tempat kedudukan dayah itu sendiri. Misalnya: sistem pendidikan yang masih mengutamakan kitab-kitab kuning atau gundul, juga adanya pemisahan antara murid perempuan dan murid laki-laki.
Pendidikan Islam yang berkembang di dayah-dayah di Aceh pada masa revolusi telah berhasil mencetak kader-kader ulama, pendidik, dan pemimpin-pemimpin yang mampu menggerakkan rakyatnya untuk berjuang bersama-sama mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda.
"Dalam tahun empat puluhan, para ulama Aceh terbagi dalam dua kelompok yaitu ulama Ahlussunnah wal jama'ah kaum tua dan ulama Ahlussunnah wal jama'ah kaum muda. Dalam dasar-dasar akidah tidak ada, hanya berbeda pen-dapat dalam masalah-masalah furu'iyah. Di luar ketentuan yang asli ini, kadang-kadang terjadi perbedaan yang tajam antara ulama kaum muda dan ulama kaum tua dalam menghadapi masalah-masalah keduniaan, politik, ekonomi dan sosial budaya," ungkap A. Hasjmy, suatu ketika.
Penuturan A. Hasjmy jelas menggambarkan bahwa dayah-dayah yang berada di Aceh kebanyakan menganut faham Ahlussunnah wal jama'ah yang banyak dianut oleh golongan tua. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini, misalnya dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan, Darul Ihsan Aceh Selatan, Dayah Tgk Fakinah dan Dayah Tanoh Abee di Aceh Besar. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sistem pendidikan dayah secara bertahap walaupun lambat, mengalami pergeseran.
Di sisi lain, walaupun pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan, namun masih tertinggal dari sistem pendidikan yang berkembang di negara Barat. Pendidikan di Indonesia dianggap masih belum mampu menjawab problema yang ada karena masih terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Karena itu, keberadaan dayah dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan SDM yang tangguh menghadapi masa depan. []
Sumber : Pemerintah Aceh