Saya sangat terpengaruh dengan teori evolusi yang mengatakan manusia berasal dari kera.
Terhitung setelah membaca sejumlah buku karya Charles Darwin, boleh dibilang, sejak itu saya mulai agak menaruh hormat pada primata berekor panjang itu dan tak pernah lagi memanggil mereka dengan "nyet!" Saya mulai membiasakan diri memanggil mereka dengan "kakek..."
Rupanya sikap saya yang penuh keisengan berstadium berat itu bukan tanpa risiko. Kemarin, hari Minggu, dari kota tinggal saya--seperti biasanya tiap dua pekan sekali--saya pulang ke kampung menjenguk Nenek.
Saat memasuki halaman rumah, ternyata Nenek sedang di dalam rumah dan Kakek sedang menikmati buah-buah pisang hasil kebunnya di selasar depan. Saya langsung menyeru beliau dengan kegirangan seorang cucu yang merindu.
Namun, tak seperti biasanya, beliau bukan malah bangun menyongsong untuk memeluk saya, tapi justru mendelik mata seraya menghardik, "Apa kamu bilang barusan!"
Ya, ampun. Saya baru sadar. Saya telah menyeru Kakek dengan panggilan yang salah.
Ya, memang. Ujung-ujungnya Kakek tetap memeluk saya, cucunya yang gemuk dan manis berkumis tipis. Namun saya tetap tidak bisa memaafkan diri sendiri dan Charles Darwin.
Pesan moral: jangan anggap enteng kitab dan buku-buku yang telah kita baca. Mereka diam-diam terus bekerja mengubah kita.
Penulis Asal Fb Musmarwan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan