Panglima Teungku Sayed Tsafiuddin Ahmad Jamalulail.
Sultan Mansyur Syah berupaya semampunya kepada memperkuat kembali kesultanan yang sudah rapuh.
Beliau berhasil menundukkan para raja/Ule balang penghasil lada agar menyetor upeti ke sultan, hal yang sebelumnya tak bisa diterapkan sultan terdahulu.
Untuk memperkuat pertahanan wilayah timur, sultan mengirimkan armada pada tahun 1854 dipimpin oleh Admiral Tuanku Husen dengan kekuatan 200 perahu. Ekspedisi ini meneguh kan kekuasaan Aceh terhadap Deli, Langkat dan Serdang.
Namun pada tahun 1865 Aceh angkat kaki dari daerah itu dengan ditaklukkannya benteng Pulau Kampai.
Sultan juga berupaya membentuk persekutuan dengan pihak luar sebagai usaha kepada membendung serangan Belanda. Dikirimkannya utusan kembali ke Istanbul sebagai pemertegas status Aceh sebagai vassal Turki Utsmaniyah serta mengirimkan sejumlah dana pertolongan kepada Perang Krimea. Sebagai balasan, Sultan Abdul Majid I mengirimkan sebagian peralatan tempur kepada Aceh.
Tak hanya dengan Turki, sultan juga berupaya membentuk aliansi dengan Perancis dengan mengirim surat kepada Raja Perancis Louis Philippe I dan Presiden Republik Perancis ke II (1849). Namun permohonan ini tidak ditanggapi dengan serius.para duta besar Aceh merangkap panglima juga di kirem ke Penang guna mencari bantuan senjata dari Ingris sebelum Belanda benar benar menyerang Aceh pada tahun 1873
Salah satu nya yang di kirem adalah Panglima perang Teungku Sayed Tsafiuddin Ahmad Jamallulail,utusan ini di pimpin oleh Teuku Imum lueng Bata yang dikenal sebagai "cicem pala" Istana.turut serta juga panglima prang Tengku haji Saleh Garut.Teuku Kadli malikon Ade serta Habib Abdullah AlAttas dari Idi.mareka tiba di Penang pada tahunb1870.
Sumber tulisan Adi Fa
Tiada ulasan:
Catat Ulasan