Sabtu, 5 Jun 2021

HARI PENOBATAN SULTAN ISKANDAR MUDA


Pagi itu, Rabu, 16 Zulhijah 1015 Hijriah, bertepatan 10 Februari 1607 Masehi. Sejak subuh, seiring terbitnya sang fajar hingga matahari memancarkan sinarnya menerangi bumi. Di istana darud dunia kerajaan Aceh Darussalam telah dibunyikan 101 letusan meriam, sebagai pertanda hari itu adalah hari penobatan Sri Paduka Yang Mulia Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam sebagai Sultan kerajaan Aceh ke 20, dari 40 Sultan/Sultanah yg pernah memerintah kerajaan di kerajaan Aceh, terhitung dari Sultan Johan Syah (1205-1255 M) sebagai Sultan Aceh pertama, hingga Sultan Muhammad Daud Syah (1884-1907 M) sebagai Sultan Aceh terakhir.

Dalam pengobatan Iskandar Muda sebagai Sultan yg akan memimpin kerajaan Aceh ketika itu, Syekhul Islam atau lebih dikenal Qadhi Malikul Adil saat memberikan sumpah penobatan kepada Sultan Iskandar Muda mengatakan:

"Rakyat menyembah raja dlm Zahir, tapi raja juga harus menyembah rakyat dlm batin. Sebab karena adanya rakyat barulah adanya raja. Sebesar-besar dosa bagi raja bila memerintah tidak adil. Maka rajalah yg menanggung jawab di hadapan Tuhan kita Yang Esa pada hari kiamat nanti. Karena itu, pimpinlah rakyat dgn sempurna danadil, supaya tdk menyimpang ke garis yg salah. Pergunakan segala hukum dan ilmu yg telah diatur dlm kitabullah, dan ikuti segala petunjuk Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya serta empat imamnya. Tunjukilah sekalian rakyat yg gelap atau bebal kepada jalan yg terang dan cerdas," kata Qadhi Malikul Adil ketika melantik Sultan Iskandar Muda di atas batu tabal (batu Kramat) sebagai Sultan kerajaan Aceh Darussalam.

Usai pemberian sumpah oleh Qadhi Malikul Adil, Sri Sultan Iskandar Muda dgn gagah dan penuh wibawa dlm usianya 18 tahun berpidato di atas batu tabal (patu penyumpahan) sebagai ikrar mahkota (pidato pertamanya) di depan para hadirin yg hadir dlm upacara penobatannya sebagai Sultan yg akan memimpin kerajaan Aceh Darussalam. Lalu Sultan Iskandar Muda memulai ikrar mahkota pidatonya:

"Ampun...! Ampun Tuhanku. Ya Tuhanku, aku akan mengikuti segala titah dan suruhan-Mu. Ampunilah segala dosa ku. Jauhkanlah diriku dari segala pekerjaan yg mungkar. Tunjukkanlah oleh-Mu akan daku segala jalan yg tepat dan benar, dan lindungilah daku dari segala marabahaya-Mu. Hari ini hamba-Mu sekalian telah menabalkan daku akan menjadi badak khalifah-Mu untuk menjalankan titah dan suruh Rasul-Mu Nabi Muhammad SAW. Berat terasa oleh ku beban ini yg dipikirkan atas pundak ku. Oleh sebab itu, karuniakanlah kemurahan-Mu kepada ku dgn jalan yg  memberikan daku badan yg sehat, pikiran yg segar dan nyaman, supaya daku akan dapat memimpin rakyatku dgn Ridha-Mu.

Ya Tuhanku, lindungilah sekalian rakyatku dari pada marabahaya-Mu. Berikanlah akan mereka itu tenaga yg sehat, serta pikiran yg nyaman, supaya rakyatku dapat berbuat bakti kepada-Mu.

Ya Tuhanku, lindungilah oleh-Mu akan segala para ulama sebagai pelita alam ini dari segala marabahaya-Mu. Terangkanlah hati mereka itu, supaya dpt menuntun segala ilmu-Mu, dan jernihkan pikiran mereka itu, supaya jelas penunjukannya bagi semua rakyatku di dunia dan di akhirat kelak.

Wahai...sekalian rakyatku, aku telah bersumpah pada Tuhan-ku akan mengikuti segala titah suruhan itu kepadamu. Aku telah menerima tabalanmu dgn hati yg gembira. Aku berterimakasih kpd sekalian akan keridhaan dan kepercayaan akan daku yg tulus dan ikhlas. Akan tetapi, oleh karena kekhawatiran akan diriku yg bermata dua, bertelinga dua,  bertangan dua, berkaki dua, dan sifat-sifat keadaan badanku seperti keadaan manusia lainnya juga. Maka aku jelaskan sifat tubuhku seperti mata aneuh geulunjong daruet (seperti mata bebas berparuh belalang) utk menyempurnakannya.

Aku perlu mempunyai bantuan dari para ulama dan orang-orang besar dlm  negeriku. Mereka itu akan menjadi mata telinga dan kaki tanganku. Seperti yg engkau lihat sekalian, di kananku berdiri seorang yg memegang Quran kitabullah, itulah yg memelihara segala hukum Tuhan kita, dan diriku orang yg memegang pedang, itulah yg memelihara segala adat dan negeri kita. Terutama sekali kpd pemangku-pemangkunya dan pengikut-pengikutnya aku serahkan kepercayaan ku utk dpt menjalankan titahku dgn sempurna.

Ikutilah segala perintahnya yg benar dan tegahkanlah pekerjaannya yg karut dimana perlunya (benar ta ikot karot tateugah). Aku akan melindungi engkau sekalian wahai rakyatku dari pada kezaliman orang-orang besar dan hulubalang-hulubalangku. Akan tetapi, engkau sekalian wahai rakyatku juga harus menghormati mereka seperti engkau sekalian menghormatiku.

Demikianlah ucapan dan pesanku kpd sekalian yg hadir, mudah-mudahan pesan ini dpt disampaikan pula kpd seluruh rakyatku yg tdk dapat hadir dlm penobatanku pd hari ini.

Wahai sekalian para ulama, para Wazir perdana, orang-orang besar dan para hulubalangku, pimpinlah rakyatku akan jalan kebijakan dan perintahkan mereka dgn sempurna dan adil.

Ya Tuhanku, lindungilah kami sekalian dari pekerjaan yg mungkar, dan dari segala marabahaya-Mu". "Amiiiiiiin....", sahut hadirin dan seluruh tamu undangan saat Sultan Iskandar Muda mengakhiri pidato ikrar mahkota penobatannya sebagai Sultan kerajaan Aceh Darussalam ketika itu.

Repost from Are Lando

Tiada ulasan:

Catat Ulasan